Merenungi
Sejenak Perjalanan Abadi Manusia
الْحَمْدُ للهِ، خَلَقَ الخَلْقَ
وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ، وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَاءَ،
بِهِمْ نَتَأَسَّى وَنَقْتَدِي، وَبِهُدَاهُمْ نَهْـتَدِي، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ
بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ
وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ
وَرَسُولُهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ القُرآنَ المُبِينَ؛ بَلاَغًا لِقَوْمٍ
عَابِدِينَ، وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ : فيل أيها المسلمون أوصي نفسي و إياكم
بتقوى الله فقد فاز المتقون
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Di tengah kehidupan yang senantiasa bergulir, jumat demi
jumat berlalu, seiring itu juga khutbah demi khutbah kita perdengarkan dan
menyirami sejenak hati yang penuh ketundukan dan mengharapkan keridhoaan
Allah. Kesadaran kemudian muncul dengan tekad untuk menjadi hamba yang Allah
yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang kembali mengisi hari-hari
kita kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah melalui
mimbar jumat ini khotib kembali mengajak marilah kita berupaya secara
sungguh-sungguh memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah,
memperbaharui kembali komitmen kita kepada Allah yang sering kita ulang-ulang
namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang mestinya menyertai setiap langkah
kita:
إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ
أُمِرْتُ وَأنا من الْمُسْلِمِينَ
Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah termasuk orang orang yang menyerahkan
diri.
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Imam
Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Umar bin Khathab ra
bertanya kepada seorang sahabat bernama Ubay Ibnu Ka’ab ra tentang taqwa walau
hal itu merupakan suatu yang hal yang sangat mereka ketahui, namun bertanya
satu sama lainnya di antara mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang
sangat mereka sukai. Kemudian Ubay balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah
engkau melalui jalan yang di penuhi duri?” Umar menjawab, "ya, saya pernah
melaluinya. Kemudian Ubay bertanya lagi: “Apa yang akan engkau lakukan saat
itu?”. Umar menjawab: “Saya akan berjalan dengan sangat berhati-hati, agar tak
terkena duri itu”. Lalu Ubayberkata: “Itulah takwa”.
Dari
riwayat ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa takwa adalah
kewaspadaan, rasa takut kepada Allah, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak
terkena duri syahwat dan duri syubhat di tengah perjalanan menuju Allah,
menghindari perbuatan syirik, meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, yang
kecil maupun yang besar. Serta berusaha sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan
perintah-perintah Allah dengan hati yang tunduk dan ikhlas.
Hadirin
Jama’ah sholat jumat rahimakuullah
Setiap
orang beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan
hidup dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh penciptanya, Allah
SWT. Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya.
Setiap orang yang berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin
selamanya tinggal di dunia ini. Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui
perjalanan menuju kepada kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan
berlawanan sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman. Allah
berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا . وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan
duniawi.
Sedang kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)
Sayangnya, kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita
sendiri. Padahal, bukan tidak mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan
itu harus kita lalui, bahkan dengan sangat tiba-tiba. Jiwa manusia yang selalu
digoda oleh setan, diuji dengan hawa nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian
menjadi lemah semangat dalam mengumpulkan bekal dan beribadah, membuat kita
menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah manusia yang selalu membutuhkan
siraman-siraman suci berupa Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rosulullah, ucapan
hikmah para ulama, bahkan saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama
saudara seiman. Sehingga kita tetap berada pada jalan yang benar, istiqomah
melalui sebuah proses perjalanan menuju Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Jika kita membuka kembali lembaran kisah salafus shalih, kita
akan menemukan karakteristik amal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada
diantara mereka yang konsent pada bidang tafsir, hadits, fiqih, pembersihan
jiwa dan akhlak, atau berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya. Namun, satu
persamaan yang didapat dari para ulama tersebut, yaitu kesungguhan mereka
beramal demi memberikan kontribusi terbaik bagi sesama. Sebuah karya yang tidak
hanya bersifat pengabdian diri seorang hamba kepada Penciptanya saja, namun
juga mempunyai nilai manfaat luar biasa bagi generasi berikutnya.
Marilah kita renungi firman Allah berikut:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ
اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ
كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan)
negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi,
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).
Hadirin
yang dimuliakan Allah
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran penting, tentang beberapa prinsip yang perlu kita sadari bersama akan keberadaan kita di dunia ini.
Pertama, prinsip mengutamakan kebahagiaan kehidupan akherat. Prinsip
ini menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa
mengutamakan pertimbangan nilai akherat. Namun perlu dipahami, mengutamakan
kebahagiaan akherat bukan berarti dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi
diabaikan begitu saja, sebab amal akherat tidak berdiri sendiri dan terlepas
dari amal duniawi. Sungguh amat banyak amalan akherat yang berhubungan erat
dalam mewujudkan kebahagian duniawi.
Umpamanya sholat, seorang yang melaksanakan shalat
dengan tekun dan disiplin bukanlah semata-mata sebagai amal akherat yang tidak
berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah
dan rasulNya, yang secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah
dalam kehidupan dunia. Dengan
shalat yang benar akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar.
Dengan demikian manusia akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan
orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini.
Begitu
juga dengan infak dan shodaqoh, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk
mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akherat, maka dengan hartanya
tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan.
Kedua prinsip ‘ahsin’ yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. Bila
seseorang menanamkan prinsip ini dalam dirinya, niscaya ia akan menunjukkan
diri sebagai orang yang pada dasarnya selalu menghendaki kebaikan. Ia akan
senantiasa berprasangka baik kepada orang lain, selalu berusaha berbuat baik
dan berkata baik dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari.
Maka akan selalu tampillah kebaikan demi kebaikan,
mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat
disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan
yang akan selalu dapat dikenang oleh orang banyak walaupun ia sudah pergi
terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi.
Ketiga adalah prinsip walaa tabghil fasada fil ardh’ yaitu prinsip untuk tidak berbuat kerusakan.
Bila prinsip ini dipegang teguh, seseorang akan lebih melengkapi prinsip yang
kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari
perbuatan yang merusak. Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan
dalam tatanan kehidupan masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya
kesadaran akan tujuan hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa
sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung
jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akherat kelak.
Hadirin
sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah
Allah swt mengingatkan kita dengan firmannya:
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ
الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqoroh: 197)
Walaupun ayat di atas menjelaskan
tentang bekal penting dalam perjalanan ibadah haji, namun sesungguhnya ia
merupakan gambaran ketika manusia akan menghadap Allah di padang mahsyar kelak,
ibadah haji merupakan miniatur gambaran manusia yang akan dikumpulkan di padang
mahsyar nanti sebagaimana halnya mereka berkumpul di padang arafah. Maka
bekalan utama yang dapat menyelamatkan itu adalah taqwa.
Firman Allah SWT di atas juga
memiliki makna tersirat bahwa manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yakni
perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia memerlukan
bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraaan dan sebagainya. Sementara perjalanan dari dunia juga
memerlukan bekal.
Namun perbekalan yang kedua yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat,
lebih penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di
dunia. Imam
Fachrurrozi dalam dalam tafsirnya menyebutkan ada lima perbandingan antara keduanya:
Pertama, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang belum tentu terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang pasti terjadi.
Kedua, perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari kesulitan yang tiada tara dan tiada habis-habisnya.
Ketiga, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.
Keempat, perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin lebih dekat dengan tujuan.
Kelima, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan syahwat dan hawa nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin membawa kita pada kesucian dan kemuliaan karena itulah sebaik-baik bekal. (Tafsir Ar-Raazi 5/168)
Sesungguhnya perjalanan itu cukup berat, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan. Semua kita pasti tahu bekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap bekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya tidak lama lagi ternyata kita harus segera menempuh perjalanan menuju akhirat itu.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ،
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أما بعد : فيا أيها
المؤمنون اتقوا الله تعالى قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ.
Hadirin siding sholat Jumat yang
dimuliakan Allah
Lalu apa yang perlu menjadi bahan
perhatian kita dalam mempersiapkan bekalan untuk melalui perjalan dari dunia
ini menuju ke kehidupan yang abadi di akherat?
Untuk itu minimal ada tiga hal yang perlu
menjadi bahan perhatian kita bersama.
Pertama, bekal berupa keimanan
yang benar dan kokoh, aqidah yang bersih dan suci dari unsur-unsur
kesyirikan. Meyakini dengan sebenarnya, bahwa Allah adalah tuhan yang Esa,
kepada-Nya sajalah tempat bergantung, Ia adalah Pencipta, Pemberi rezeki,
Pengatur alam semesta, kemudian memurnikan ibadah kepada-Nya, ikhlas dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Ia perintahkan oleh Allah. Allah
berfirman:
أَنَّمَا إِلَهُكُمْ
إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا )110(
"Sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS Al-Kahfi: 110)
Kedua, kesungguhan dalam amal sholeh dan
dalam menangkap segala peluang kebajikan. Seperti halnya perjalanan jauh yang
akan dilalui, jika tidak disertai dengan kesungguhan dalam mengatur waktu dan
mempersiapkan segala sesuatunya, maka boleh jadi ia akan tertinggal, bahkan
tersesat dan kebingungan. Sesungguhnya apa yang dilakukan seseorang adalah
berpulang untuk dirinya sendiri. Allah berfirman:
مَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء اللَّهِ
فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ . وَمَن جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ
لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Barangsiapa yang mengharap pertemuan
dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti
datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Barangsiapa yang
bersungguh-sungguh (berjihad), maka sesungguhnya kesungguhan itu
(jihadnya) adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Al-Ankabut: 5-6)
Hadirin sidang jumat yang berbahagia
Kemudian penting halnya juga untuk menangkap setiap peluang
amal di sekitar kita, meski amal itu sederhana dan tidak datang setiap waktu.
Cukuplah menjadi pelajaran kita bersama tentang kisah seorang pelacur yang rela
mengambilkan minum untuk seekor anjing yang kehausan, padahal ia sendiri sedang
dahaga luar biasa, namun dengan amalan itu ternyata dapat mengantarkan dirinya
ke surga. Meski terkesan sederhana, dan jarang terjadi, namun berefek dapat
menghapuskan dosa pelakunya.
Mahasuci Allah, kesempatan seperti ini memang tidak datang
dua kali, namun pasti akan kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja,
perlu kejelian dan kesungguhan hati dalam mengenalinya.
Ketiga dan terakhir, mewaspadai akan
hilangnya bekal yang telah dikumpulkan, lantaran sikap kita terhadap orang
lain. Inilah kerugian yang besar, jika hilangnya bekal di dunia, masih ada
kesempatan untuk dicari kembali, namun jika hilangnya bekal itu di akhirat
bagaimana mungkin untuk mengumpulkannya kembali, sedang hisab telah menunggu.
Dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullah saw suatu ketika bertanya kepada para sahabat: “Tahukah kalian
siapakah orang yang rugi?” Maka para sahabat menjawab: “orang yang rugi di
antara kami adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah
saw menjawab, “bukan itu, akan tetapi orang yang rugi dari umatku adalah orang
yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) sholat, puasa dan zakatnya, namun
dahulu di dunianya dia telah mencela si fulan, menuduh si fulan, memakan harta
si fulan, menumpahkan darah si fulan dan telah memukul orang lain dengan tanpa
hak, maka diberikan pahala kebaikannya kepada orang tersebut, dan kepada si
fulan yang lain diberikan pula pahala kebaikannya yang lain, maka apabila kebaikannya
sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya, maka kesalahan si fulan yang
dizalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api
neraka. (HR. Muslim)
Sungguh inilah kerugian yang besar
dan amat menyedihkan. Bekalan yang sudah disiapkan semasa di dunia, tidak dapat
menolongnya sama sekali. Maka kebersihan hati, kebersihan ucapan, kebersihan
sikap, berbaik sangka kepada sesama orang beriman harus selalu ditanamkan di
dalam hati masing-masing, agar setiap kebaikan yang telah dilakukan tidak
hilang sia-sia.
Kerugian lain adalah kerugian karena
memikul dosa yang berat. Begitulah bagi mereka orang-orang yang mendustakan
bertemu dengan penciptanya karena terlena dengan kenikmatan dunia. Allah
berfirman:
قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُواْ
بِلِقَاء اللّهِ حَتَّى إِذَا جَاءتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُواْ يَا
حَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى
ظُهُورِهِمْ أَلاَ سَاء مَا يَزِرُونَ . وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ
وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ
تَعْقِلُونَ
“Sungguh
telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan;
sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata:
"Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat
itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat
buruklah apa yang mereka pikul itu. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain
dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’am: 31-32)
Begitulah juga ungkapan penyesalan yang disampaikan di dalam
Al-Quran:
يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku
dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (QS Al-Fajr:24).
Dalam ayat yang lain Allah
mengingatkan:
وَكُلُّهُمْ آتِيهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
“Dan tiap-tiap mereka orang akan
datang kepada Allah pada hari qiyamat dengan sendiri-sendiri.” (QS. Maryam: 95)
Maka seharusnya setiap orang yang
beriman benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan
mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal dan abadi itu. Karena pada
hakikatnya, hari inilah masa depan manusia yang sesungguhnya. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
disiapkannya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr:18).
Dan yang terakhir khatib tutup
khutbah ini dengan firman Allah:
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا
فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ
الْمُتَّقِينَ (30) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي اللَّهُ
الْمُتَّقِينَ
Orang-orang yang berbuat baik di
dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat
adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa,
(yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya
sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka
kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa.
(QS. An-Nahl: 30-31)
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ
فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mewaspadai Pintu
Masuk Setan
الحمد لله غافر الذنب
وقابل التوب شديد العقاب، ذي الطول لا إله إلا هو إليه المصير. وأشهد أن لا إله
إلا الله وحده لا شريك له، شهادة معترف بالذنب والتقصير، سائل العفو والزلفى وحسن
المآب يوم المصير. وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله وأمينه على وحيه خير بشير، وأشفق
نذير. اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك محمد وعلى آله وأصحابه، نعم الصحب له، ونعم
القدوة لمن طلب الفوز والنجاة في يوم عسير. أما بعد: فيا أيها المسلمون اتقوا الله تعالى في السر و العلن ، يا أيها
الذين آمنوا اتقو الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون.
Hadirin Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah.
Marilah pada kesempatan jumat ini, kita kembali berupaya
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Takwa yang
terlahir dari pemahaman yang benar dan ketundukan yang ikhlas, sehingga setiap
kewajiban yang dilakukan dan setiap larangan yang ditinggalkan tidaklah
dilakukan kecuali semakin menguatkan dan meningkatkan iman dan takwa kepada
Allah serta melahirkan nilai-nilai mulia dalam kehidupan. Suatu perbutan dan amal
kebajikan yang terlahir dari ketakwaan akan memberikan manfaat yang besar dalam
kehidupan.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Sesungguhnya setiap detik dari hidup kita, setiap hembusan
nafas, setiap pikiran yang yang tersirat, setiap amal perbuatan yang kita
kerjakan, tidak akan pernah lepas dari upaya setan untuk menggoda,
menyesatkan, menyelewengkan dari tujuan yang benar dan menggiring kepada dosa
dan maksiat. Kita mungkin tidak menyadari dan memang tanpa kita sadari,
setan terus berupaya menenggelamkan, menghanyutkan kita agar semakin jauh dari
jalan yang benar, meninggalkan ketaatan secara perlahan dan halus, tanpa terasa
oleh kita. Dan itulah tugas utama setan dan iblis, sebagai mana ia telah
terusir dari surga dan terjauhkan dari rahmat Allah maka diapun ingin
menjauhkan manusia dari dari rahmat Allah dan kemudian sesat bersamanya.
Begitulah ungkapan setan ketika mendapatkan laknat Allah:
قَالَ
فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (77) وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى
يَوْمِ الدِّينِ (78) قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (79)
قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (80) إِلَى يَوْمِ
الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (81) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
(82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)
Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga;
sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap
atasmu sampai hari pembalasan." Iblis berkata: "Ya Tuhanku, berilah penangguhan kepadaku
sampai hari mereka dibangkitkan." Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu
termasuk yang diberi penangguhan, sampai kepada hari yang telah ditentukan
waktunya (hari Kiamat)." Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku
akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara
mereka. (QS. Shad: 77-83)
Hadirin sidang jumat yg berbahagia.
Menyadari ini semua, bahwa keberadaan kita di dunia ini,
tidak akan pernah lepas sedikitpun dari upaya setan untuk mempengaruhi kita,
merayu, melalaikan kita dengan apapun, bahkan mereka mampu masuk bersama aliran
darah kita, dengan hanya satu tujuan mengumpulkan manusia sebanyak-banyaknya
untuk bersama-sama sesat dan menghuni neraka jahanam. Mengetahui tipu daya
setan dan iblis dalam menyesatkan manusia, serta mengetahui cara menghadapi
tipu daya tersebut menjadi penting untuk kita sama-sama kita ketahui sehingga
kita mampu terhindar dari tipu daya tersebut.
Di antara pintu-pintu dan metode setan menyesatkan manusia
yang perlu kita waspadai adalah:
Pertama: Pintu Syubhat dan Syahwat
Syubhat berarti suatu yang meragukan dan samar-samar,
sedangkan syahwat adalah dorongan hawa nafsu, maka dari sinilah setan akan
semakin kuat menggoda, kemudian setan menghembuskan bisikan dan rayuannya.
Setan akan yang terus membujuk sehingga seakan membuat hati menjadi tenang
untuk melakukan hal perbuatan tersebut. Bahkan setan telah menghembuskan
syubhat dan syahwat iniitu sejak awal permusuhan dengan Nabi Adam, setan telah
melakukan langkah-langkah kejinya untuk menggelincirkan anak keturunan adam
agar tidak mentaati perintah Allah.
Mari kita perhatikan ucapan setan, dengan tipu dayanya di
dalam firman Allah berikut:
فَوَسْوَسَ
لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مِنْ سَوْءَاتِهِمَا
وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ
إِلاَّ أَنْ تَكُوناَ
مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُوناَ مِنَ الْخَالِدِينَ. وَقَاسَمَهُمَا
إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ. فَدَلاَّهُمَا بِغُرُورٍ.
"Maka setan menggoda mereka berdua untuk menampakkan
kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan
berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan
supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal
(dalam surga)". Dan dia (setan) bersumpah kepada
keduanya,"Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat
kepada kamu berdua,' maka setan membujuk keduanya dengan tipu daya."
[Al-A'râf/7:20-22]
Dari ayat ini dapat dipetik satu pelajaran penting bahwa
setan mempermainkan kecenderungan manusia yang tersembunyi, manusia ingin
kekal, diberi umur yang panjang, manusia juga ingin memiliki kepemilikan harta
yang tak terbatas padahal usia mereka pendek dan terbatas.
Dalam ayat ini diketahui bahwa tipuan yang digunakan setan
adalah: “An takuunaa malakaini au takuunaa minal khalidin.”
Dalam penjelasan ayat ini, kata malakaini ada dua
bacaan yang dapat dijadikan pengertian untuk memahamai maksud dari ayat
ini. Bacaan pertama adalah: malikaini yaitu huruf lam dibaca kasroh yang
berarti dua orang raja, yakni raja dan ratu, bacaan ini dikuatkan oleh nash
lain dalam surat Thaaha: “Maukah aku tunjukan kepada kalian berdua, kepada
pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan punah”. (QS. Thaha: 120)
Atas dasar bacaan ini, maka tipuan setan ini adalah kekuasaan
yang abadi dan umur yang kekal. Keduanya merupakan syahwat atau
kecenderungan yang paling kuat dalam diri manusia, selain syahwat terhadap
lawan jenis, yang banyaknya kita dengar bersama berbagai macam kasus dan
skandal terjadi, ini membuktikan bahwa setan sudah banyak berhasil dalam
menyesatkan manusia.
Bacaan kedua adalah malakaini, huruf lam dibaca fathah
yang berarti dua malaikat, maka manupulasi setan itu adalah dengan melepaskan
manusia dari ikatan-ikatan fisik seperti malaikat yang kekal.
Ketika Iblis ini mengetahui bahwa Allah melarang Adam dan
Hawa memakan buah ini, dan larangan ini terasa berat dalam jiwa mereka, maka
untuk menggoyang hati mereka, iblis menimbulkan khayalan dan angan-angan
kepada mereka, di samping juga mempermainkan syahwat dan keinginan mereka.
Bahkan iblis memperkuat dengan sumpah bahwa ia adalah pemberi nasehat
yang berlaku jujur.
Hadirin siding sholat jumat yang dimuliakan Allah.
Pintu setan yang kedua adalah : Al-Hirsh wal Hasad
Menurut Imam Al-Ghazali, diantara pintu-pintu setan yang
sangat besar adalah al-hirsh atau tamak dan hasad, yaitu kedengkian. Rasa tamak
dan sifat hasad ini menjadi salah satu pintu yang menyebabkan setan bisa masuk
ke dalam pikiran dan jiwa manusia kemudian setan menguasainya. Ketika setan
sudah mampu menguasai jiwa, maka itu pertanda akan membawa pada kebinasaan.
Imam Abu Dawud dalam Kitab Sunnan-nya menyebutkan sebuah
riwayat. Ketika Nabi Nuh ‘Alaihissalam menaiki perahu, dan memasukkan ke dalam
perahu itu berbagai makhluk secara berpasang-pasangan, tiba-tiba beliau
melihat seorang tua yang tidak dikenal. Orang itu tidak memiliki pasangan. Nabi
Nuh ‘Alaihissalam bertanya, “Untuk apa kamu masuk kemari?” Orang itu menjawab,
“Aku masuk kemari untuk mempengaruhi sahabat-sahabatmu supaya hati mereka
bersamaku, sementara tubuh mereka bersamamu.” Orang tua itu adalah setan.
Lalu, Nabi Nuh ‘Alaihissalam berkata, “Keluarlah kamu dari
sini, hai musuh Allah! Kamu terkutuk!” Iblis itu kemudian berkata kepada Nabi
Nuh, “Ada lima hal yang dengan kelimanya aku membinasakan manusia. Akan
kuberitahukan yang tiga, dan kusembunyikan yang dua.” Allah mewahyukan kepada
Nabi Nuh: “Katakan, aku tidak membutuhkan yang tiga. Aku membutuhkan yang dua.”
Lalu Nuh bertanya, “Apa yang dua itu?” Iblis menjawab, “Dua hal yang
membinasakan manusia adalah ketamakkan dan kedengkian. Karena kedengkian inilah,
aku dilaknat sehingga menjadi terkutuk. Karena dorongan ketamakkan itu pula,
Adam dan Hawa tergoda untuk menuruti keinginannya.”
Ketiga : Memandang kecil dan meremehkan dosa-dosa kecil.
Dosa-dosa kecil dampaknya sangat berbahaya bagi manusia,
seorang yang menganggap kecil suatu perbuatan dosa maka dengan demikian setan
akan selalu menjadikan orang tersebut meremehkan dosa-dosa kecilnya, sehingga
dia akan terus menerus melakukannya dan dosa itu akan membinasakannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan
umatnya
tentang dosa-dosa kecil dengan sabdanya,
tentang dosa-dosa kecil dengan sabdanya,
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ
وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا
صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ.
Jauhilah dosa-dosa dan sesuatu yang dianggap dosa kecil,
karena dosa-dosa kecil itu ketika dilakukan seseorang maka ia akan
membinasakannya. (HR. Ahmad, no. 23194)
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Tentu ketika kita mengetahui pintu-pintu masuknya setan ini,
Allah Subhanhu wa Ta'ala dengan rahmat-Nya memberikan petunjuk kepada para
hamba-Nya melalui Al-Quran dan melalui lisan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa
sallam, untuk menghadapi dan mengusir setiap bisikan dan godaan
setan tersebut. Di antara hal-hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari tipu
daya setan dan kawanannya adalah sebagai berikut:
Pertama: Menjaga keikhlasan dalam setiap amal ibadah
dan perbuatan.
Setiap ibadah ataupun amal perbuatan yang dilakukan oleh
hamba Allah, pasti setan akan berupaya menyimpangkan amal tersebut agar tidak
dilakukan dengan ikhlas, setan akan berupaya keras agar amal itu tidak bernilai
di hadapan Allah, bahkan perbuatan itu menjadi amalan yang riya dan syirik.
Karena ini sudah merupakan janjinya kepada Allah.
Hamba-hamba yang ikhlas akan dijaga dan diselamatkan dari
gangguan setan. Allah yang menyatakan pengakuan setan tersebut dalam
firman-Nya:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"Iblis berkata, "Ya Rabb-ku, oleh sebab Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang
baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash di antara mereka."
[Al-Hijr/15:39-40].
Dalam ayat yang lain disebutkan:
قَالَ
فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِينَ
"Iblis menjawab, "Demi kekuasaan-Mu, aku akan
menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara
mereka." [Shâd/38:82-83].
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjamin bahwa seorang yang
mampu menjaga keikhlasannya dalam beramal setan tidak punya kemampuan dalam
menggodanya,
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku yang ikhlas tidak ada
kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu,
yaitu orang-orang yang sesat". [Al-Hijr/15:42].
Kedua : Menjaga Kestabilan kondisi Iman.
Kedua : Menjaga Kestabilan kondisi Iman.
Setan selalu berupaya untuk menggoda dan melemahkan iman
seseorang dengan berbagai macam carannya, baik itu kelalaian ataupun perbuatan
maksiat. Dengan kemaksiatan, keimanan seseorang akan semakin menurun sehingga
dengan mudah setan akan mencelakakann seorang tersebut sehingga ia melakukan
perbuatan dosa.
Sesungguhnya seluruh kekuatan, kekuasaan, kesempurnaan
hanyalah milik Allah. Oleh karena itu, seorang hamba yang ditolong dan
dilindungi Allah dengan menjaga kondisi imannya dengan amal ibadah yang
kontinyu, maka tidak ada satu makhlukpun yang mampu mencelakakannya. Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah memberitakan hal ini di dalam Al-Quran, sebagaimana
firmannya:
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
"Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas
orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya
kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin
dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah".[An Nahl : 99,
100].
Ketiga: Berlindung Kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Untuk menghadapi setan dan terhindar dari godaannya, kita
dianjurkan bahkan diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa berlindung
kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَإِمَّا
يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ
إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Dan jika kamu digoda oleh setan, maka berlindunglah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
[Al-A'râf/7:200].
Dalam
Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim disebutkan:
أن أبا هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و
سلم « يأتي الشيطان أحدكم فيقول من خلق كذا وكذا؟ حتى يقول له من خلق ربك ؟ فإذا
بلغ ذلك فليستعذ بالله ولينته » . وعند أبي داود ( 4722 ) « فإذا قالوا ذلك فقولوا
الله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد . ثم ليتفل عن
يساره ثلاثا وليستعذ من الشيطان »
Abu Hurairah berkata, Rosulullah bersabda: “Setan datang kepada salah seorang dari kalian lalu berkata, siapakah yang menciptakan ini dan ini? Sehingga setan berkata, “siapakah yang menciptakan Tuhanmu, maka apabila jika telah sampai kepadanya hal tersebut, hendaklah dia berlindung kepada Allah dan hendaklah dia menghentikan (waswas tersebut)".
Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud disebutkan:
"Jika mereka mengucapkan hal itu (kalimat-kalimat
was-was), maka ucapkanlah "Allah itu Maha Esa, Allah itu tempat
bergantung, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan," kemudian
meludahlah ke kiri (3x) dan berlindunglah kepada Allah".
Keempat: Memperbanyak membaca Al-Quran dan memperkuat
dzikrullah.
Al-Quran dan dzikrullah merupakan benteng yang kokoh yang
dapat melindungi diri dari godaan dan gangguan setan dan membuatnya lari
tunggang langgang, sebagaimana sabda Rosulullah:
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَجْعَلُوا
بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي
تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
"Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, janganlah kamu menjadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan.
Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al Baqarah di
dalamnya". (HR Muslim, no. 780).
Dalam sabda yang lain disebutkan:
عَنْ الْحَارِثِ الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ أَمَرَ
يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهَا
وَيَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهَا...وَآمُرُكُمْ أَنْ
تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ
الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ
فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنَ
الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ.
Dari Al-Harits Al-Asy’ari, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin Zakaria
Alaihissallam dengan lima kalimat, agar beliau mengamalkannya dan memerintahkan
Bani Israil agar mereka mengamalkannya (di antaranya):
Aku
perintahkan kamu untuk dzikrullah. Sesungguhnya perumpamaan itu seperti
perumpamaan seorang laki-laki yang dikejar oleh musuhnya dengan cepat, sehingga
apabila dia telah mendatangi benteng yang kokoh, kemudian dia menyelamatkan
dirinya dari mereka (dengan berlindung di dalam benteng tersebut). Demikianlah
seorang hamba tidak akan dapat melindungi dirinya dari setan, kecuali dengan
dzikrullah". (HR Ahmad)
Kelima: Menyelisihi Setan dari setiap perbuatannya.
Setan adalah musuh manusia, maka wajib pula untuk
menjadikannya sebagai musuh, dan membenci serta meninggalkan perbuatannya.
Sebagaimana firman Allah:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
"Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu,
maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya
mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala".
(Fathir : 5, ).
Diantara perbuatan setan yang harus diselisihi adalah:
Pertama: Perbuatan mubadzir atau pemborosan. Allah berfirman:
وَلَا
تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ
الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ
كَفُورًا (27)
“Dan
janganlah kamu melakukan perbuatan mubadzir, sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya”. (QS. Al-Isro :26-27)
Kedua: Makan dan minum dengan tangan kiri. Rosulullah
bersabda:
عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «لاَ يَأْكُلْ
أَحَدُكُمْ بِشِمَالِهِ وَلاَ يَشْرَبْ بِشِمَالِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ
بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ»
Dari Abdullah bin Umar, Nabi sallahu ‘alaihi wasallah
bersabda: “Janganlah salah seorang diantara kalian makan dan minum dengan
tangan kirinya, sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya”. (HR.
Tirmidzi)
Ketiga: Tergesa-gesa dalam pekerjaan. Rosulullah bersabda:
وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « الْعَجَلَةُ مِنْ
الشَّيْطَانِ» أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ : حَسَنٌ .
Dari Sahl bin Said, Rosulullah bersabda:
“Tergesa-gesa itu dari perbuatan setan”. (HR. Tirmidzi)
Hadirin yang berbahagia.
Demikianlah khutbah singkat ini, semoga kita mampu
membentengi diri kita dalam menghadapi permusuhan dan tipu daya setan yang
selalu menyesatkan langkah kita menuju keridhoaan dan surga Allah
subhanahu wa ta’ala.
بلرك الله لي
ولكم في القرآن الكريم و نفعني و إياكم بما فيه من الأيات و الذكر الحكيم ، أقول
قولي هذا و استغفر الله العظيم لي و لكم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar